Semestinya,
kenaikan harga beras yang berulang setiap tahun dijadikan peluang untuk
menggenjot produksi. Tentu, bagi sentra-sentra produksi padi seperti di Jawa,
upaya meningkatkan produksi hanya bisa ditempuh dengan intensifikasi. Akibat
penyempitan lahan di Jawa, Sumatera, dan Bali, upaya untuk meningkatkan
produksi padi hanya dapat dilakukan dengan intensifikasi. Salah satu trik yang
bisa diterapkan adalah menambahkan pupuk SUPER NASA GRANULE
Aplikasi pupuk
SUPER NASA GRANULE sangat efektif dan efisien, karena hanya dibutuhkan 50 kg per
hektar. Selain mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap SUPER NASA GRANULE juga diperkaya dengan ZPT yang berfungsi sebagai perangsang akar, batang dan
buah. Penggunaan SUPER NASA GRANULE dapat mengurangi kebutuhan pupuk makro UREA,
TSP, KCL maksimal 50% dari total penggunaan.
Sebelum menambahkan
pupuk mikro, produksi padi Ciherang yang ditanam Bapak Sakti di Madiun, pada
musim hujan rata-rata hanya 8 ton GKP per ha. Sedangkan saat musim kemarau
rata-rata 8.7 ton. Sebaliknya, setelah mengaplikasikan pupuk SUPER NASA GRANULE,
hasil panen musim hujan meningkat menjadi 9-9,5 ton per ha, atau naik hingga
19%. Demikian pula sewaktu musim kemarau, meningkat menjadi rata-rata 12 ton
GKP per ha (20%).
Dengan menambahkan
50 kg pupuk SUPER NASA GRANULE, Bapak Sakti mengeluarkan tambahan biaya
produksi Rp.950.000 per ha. Penggunaan pupuk makro UREA, TSP & KCL
dikurangi sampai 50%, jika semula beliau menggunakan makro NPK Phonska sebanyak
700 kg, dengan menggunakan pupuk SUPER NASA GRANULE beliau hanya memerlukan 350
kg pupuk makro, ini berarti pengurangan biaya pupuk makro sebesar Rp. 840.000, ini
berarti ada penambahan modal sekitar Rp. 110.000. Tambahan modal itu nyaris tak
berarti bila dibandingkan hasil panennya.
Natural Nusantara: Menanam Padi di Lahan Pasir |
Tak dapat
dipungkiri, pemahaman sebagian besar petani terhadap konsep pemupukan lengkap
berimbang hingga kini masih rendah. Buktinya, sampai sekarang mereka lebih
banyak mengandalkan pupuk Urea, SP-18, KCl maupun ZA. Padahal pupuk itu pun
hanya dapat memenuhi sebagian unsur hara makro, seperti Nitrogen (N), Fosfor
(P), Kalium (K), atau Sulfur (S).
Menurut Prof. Dr.
Iswandi Anas, Pakar Bioteknologi Tanah di Faperta IPB, untuk tumbuh dengan baik
semua tanaman termasuk padi memerlukan paling tidak 16 unsur hara esensial.
Terbagi atas unsur hara makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S) serta unsur
mikro (Fe, Mn, Mo, B, Cu, Zn, dan Cl). “Pupuk mikro hanya dibutuhkan dalam
jumlah sedikit. Kalau takaran pupuk makro butuh ratusan kg per ha, pupuk mikro
hanya 0,5-10 kg,” jelasnya.
Hal senada
diutarakan Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Si., Spesialis Kesuburan Tanah, Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, juga di IPB. “Walaupun dibutuhkan sedikit,
keberadaan pupuk mikro sangat penting,” ujarnya. Bila tidak diperhatikan,
lanjut dia, tanaman akan menunjukkan gejala defisiensi (kekurangan). Kalau
sudah terjadi defisiensi, walaupun diberi perlakuan pupuk mikro, tingkat
pertumbuhan dan produksi tanaman tidak akan bisa pulih.
Bulir padi dengan pupuk SUPER NASA GRANULE |
“Meskipun pupuk
mikro hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit, ia menentukan produksi. Perlu
diingat, yang paling menentukan produksi adalah unsur hara yang berada dalam
keadaan paling minimal,” ungkap Iswandi, yang juga Dewan Pupuk Nasional, itu.
Perlu Edukasi
Di pasaran, sudah
banyak beredar pupuk mikro kemasan. Ada kemasan yang hanya berisi beberapa
unsur mikro, ada pula yang digabung dengan unsur makro, ditambah zat pengatur
tumbuh maupun mikroba.
Sayangnya kenyataan
di lapangan, petani masih banyak yang enggan untuk menggunakannya. Hal ini
disebabkan kurangnya pengetahuan petani mengenai jumlah dan jenis unsur hara
yang dibutuhkan tanaman. Ditambah lagi kurangnya edukasi dari pemerintah
tentang manfaat hara mikro bagi pertumbuhan dan perkembangan padi.
“Sejak revolusi
hijau, pemerintah memprogramkan peningkatan produksi padi melalui pemanfaatan
pupuk makro, terutama yang berbasis N. Oleh sebab itu, sampai sekarang masih
60% petani menggunakan pupuk makro berbasis N,” imbuh Rahmat S. Sargani,
produsen pupuk, di Bandung.
Tidak mengherankan
bila aplikasi pupuk makro tidak diikuti peningkatan produksi. Sebab, untuk
pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman tidak memperoleh nutrisi yang lengkap.
Jangankan memenuhi unsur mikro, pemberian hara makronya saja tidak lengkap.
“Kalau tanaman sudah menampilkan gejala defisinsi hara mikro, pengurangan
produksi bisa lebih dari 50%, walaupun kita sudah mengaplikasikan pupuk makro,”
tandas Atang. “Pupuk mikro masih PR bagi kita karena baru menyelesaikan N, P,
K, Ca, dan Mg,” imbuh Catur.
Saatnya Dimanfaatkan
Tampaknya
penggunaan pupuk mikro wajib dilakukan. Sebab, menurut Iswandi, tanah darat
maupun sawah di Indonesia hampir semuanya sudah sakit. “Sekitar 73% tanah
pertanian kita kadar bahan organiknya sudah kurang dari 1%. Padahal, bahan
organik ini ibarat nyawa bagi tanah,” tandasnya.
“Umumnya, lahan
yang terus-menerus ditanami tanpa penambahan unsur mikro pasti akan
tereksploitasi. Sebab, unsur mikro terus terpanen dari tanah. Oleh karena itu,
pupuk mikro wajib kita tambahkan,” papar Catur.
Sebagai gambaran,
setiap 1 ton jerami padi mengandung 9 kg N, 2 kg P, 30 kg Silikat (Si), 6 kg Ca, dan 2 kg Mg.
Bila jerami itu tidak dikembalikan ke sawah, tentu unsur hara mikro Si kian
terkuras. Padahal Si, menurut Iswandi, sangat dibutuhkan oleh padi. Hara Si
diperlukan untuk menjadikan tanaman membentuk daun yang tegak sehingga daun
efektif melakukan fotosintesis.
Menurut Atang,
daerah yang kekurangan unsur mikro, biasanya dijumpai pada lahan asam dan tanah
basa. Seperti tanah mineral berbahan induk masam atau berbahan organik rendah,
tanah berpasir putih (kuarsa), tanah berdrainase buruk, dan lahan yang
terus-menurus dipupuk fosfat. “Sawah di Jawa cenderung sudah jenuh fosfat.
Kalau sudah jenuh fosfat, semua unsur hara diendapkan menjadi garam fosfat yang
tidak bisa diserap tanaman,” terang Iswandi. Dari 100 kg pupuk fosfat
(TSP/SP-18) yang kita berikan, lanjut dia, hanya 15%—20% yang diserap tanaman.
Sisanya yang 85% mengendap. “Bukan hanya mengendap sendirian tetapi juga
mengendapkan unsur hara mikro,” urainya.
Beberapa wilayah di
Indonesia yang miskin unsur mikro, terutama Fe, Zn, dan Mn, adalah Sulawesi,
Maluku, Nusatenggara Barat, dan Nusatenggara Timur. “Memang, ada daerah
tertentu yang salah satu kandungan unsur mikronya tinggi, tapi daerah lain
malah sebaliknya. Oleh sebab itu, sebelum merekomendasikan penggunaan pupuk
mikro, kita lihat dulu kandungan unsur di dalam tanahnya. Lalu, melihat tanaman
apa yang diusahakan,” papar Benny Hermawan MM., Direktur Utama PT Andalan
Chemist Indonesia, produsen pupuk di Jakarta.
Menurut perhitungan
Catur, paling tidak empat unsur mikro yang harus diutamakan, yaitu Boron (B),
Mangan (Mn), Besi (Fe), dan Tembaga (Cu). Sedangkan menurut Atang, dari 7 unsur
mikro itu, yang paling banyak dibutuhkan tanaman berturut-turut adalah Fe, Mn,
Cu, dan Zn (Seng). Sementara Molibdenum (Mo), paling sedikit diperlukan
tanaman.
Sebenarnya, menurut
Iswandi, untuk mengembalikan kesuburan tanah bisa dilakukan dengan pemupukan
organik, seperti pupuk kandang maupun kompos. Kedua pupuk organik itu akan
mengekstraksi semua unsur hara (makro dan mikro) yang terikat dalam partikel
tanah sehingga bisa diserap akar tanaman. Sayangnya, kandungan unsur mikro
dalam pupuk organik ini rendah. Karena itu, pada lahan tertentu, penambahan
hara mikro tetap diperlukan. “Kalau pemanfaatan pupuk organik itu
dipertahankan, penurunan unsur hara mikro tidak akan drastis,” urainya.
Kesimpulan
Penggunaan pupuk
mikro mutlak diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan hara pada tanaman, penggunaan
pupuk organik juga diperlukan untuk memperbaiki kualitas tanah dan melarutkan
residu kimia yang ada pada tanah, semua kebutuhan tanaman ada pada pupuk
SUPER NASA GRANULE, dengan dosis rendah mampu meningkatkan produktifitas tanaman.
0 comments:
Post a Comment